Best Buy Xbox 360 Games Kinect
Posted by Mohammad Adib in,Hampir setiap saat orang berpambang ria di depan cermin. Di rumah dan perkantoran dapat dikatakan disediakan cermin, pada hampir tiap sudutnya. Dengan maksud untuk mempermudah untuk bercermin. Namun, bercermin diri itu hanyalah dilakukan adalah melihat badan-tubuh, pakaian, dan asesoris yang lain.Keliru amat sih, tidak.
Pada tempatnya, memang saat kita hendak melaksanakan tugas. Jangan sampai, kita hadir di hadapan publik, yang memang, dipersiapkan untuk maksud tersebut, ternyata, di rambut kita terdapat benda ringan yang terlihat aneh. Beruntungnya, teman akrab kita segera mengingatkan. Ini adalah salah satu contoh.Sudah saatnya, aktivitas bercermin kita, tidak hanya pada hal-hal yang fisik material tersebut. Namun lebih mendalam yakni pada jatidiri kita yang terekspresikan dalam perilaku keseharian.
Xbox 360 Games To Buy
Semakin matang dan arifkah kita, melalui keseharian hidup kita dalam bermasyarakat? Untuk maksud tersebut, maka berkaca diri–intruspeksi secara periodik merupakan kebutuhan yang tidak dapat ditunda.EVERGREEN Jawa Pos, Jum’at, 14 November 2008 Memahami Introspeksi Bersama Prof Roem RowiIntrospeksi. Begitu sering kata itu terdengar. Seperti sudah terlalu biasa hingga mungkin maknanya yang mendalam tak lagi terasa.
Tapi, berbicara tentang kata itu bersama Guru Besar Ilmu Alquran Program Pasca Sarjana IAIN Sunan Ampel, Surabaya, Prof Dr HM. Roem Rowi MA, sejuta hikmah bisa didapat.“Anda perhatikan tidak bagaimana posisi jari kita ketika sedang menuding seseorang?
Menuding orang itu hanya dengan sebuah jari, satu masalah. Tetapi, sadarkah bila empat jari lainnya menuding diri sendiri? Yang berarti justru kita yang punya empat masalah,” katanya mengawali wawancara saat ditemui di kediamannya kawasan Pagesangan, Surabaya.Roem, begitu dia akrab disapa, menyadari betapa pentingnya kebutuhan introspeksi diri. “Introspeksi membuat kita terlepas dari hal menyalahkan konsep di luar diri. Yakni, orang lain, lingkungan, ataupun takdir,” tutur suami Nurul Fatimah tersebut.Dengan menyalahkan hal di luar diri, tak ada untungnya. Menurut Roem, itu hanya membuat mental dan pikiran makin kerdil.
“Kegagalan bukanlah untuk disesali, tetapi dicermati demi lahirnya kebangkitan diri,” tutur pria kelahiran Ponorogo, 3 Oktober 1947 itu.Roem memaparkan, introspeksi menjadi salah satu kunci sukses kehidupan seseorang. Menurut dia, hidup tak lepas dari rintangan. “Bila di tengah perjalanan kegagalan datang dan kita justru mencari kesalahan di luar diri, itu sudah menjadi bumerang terhambatnya langkah perbaikan,” jelas alumnus Al Azhar, Kairo, tersebut.Melakukan introspeksi sebetulnya bukan perkara sulit bagi setiap orang yang mendambakan.
“Ibarat memasuki rumah, tentu ada pintunya. Dan pintu itu adalah ajaran agama,” ujar dosen tafsir Alquran IAIN Sunan Ampel, Surabaya, tersebut.Agama selalu mengajarkan kepada umatnya untuk selalu sadar menilai diri. Sikap itu melahirkan rasa syukur yang nantinya menjadi akar semua perbuatan positif. Karena itu, kata Roem, pemberian ajaran agama mutlak dilakukan sejak masih kecil. “Keluarga adalah lembaga pendidikan agama yang utama dan pertama,” ucap pria berusia 61 tahun itu.Roem mengatakan kerap mengadakan dialog kecil dalam keluarga, biasanya setelah salat Magrib berjamaah. Selain curhat masalah pribadi, berbagai topik keagamaan atau sosial menghiasi acara diskusi keluarga tersebut.Bapak lima anak itu mengaku terkadang menceritakan pengalaman hidupnya tatkala muda. Dia berharap agar cerita tersebut bisa mengisi celah bagi bersemayamnya semangat sang anak.
Namun, tak jarang Roem menuai protes dari sang anak. “Itu kan dulu, Ayah. Sekarang zamannya beda,” kata Roem menirukan ucapan anaknya.Protes sang anak ditanggapi dengan besar hati. Dia percaya bahwa melatih sikap introspeksi bukanlah sekali-dua kali selesai. Perlu pengulangan sebagai upaya pembiasaan dan pembelajaran.
“Belajar itu tak langsung bisa,” tuturnya.Seseorang bisa menjadi besar karena proses. Tak harus menunggu sempurna untuk berbuat sesuatu. Berbesar hati berintrospeksi juga butuh proses. “Itu ditentukan motivasi internal masing-masing pribadi,” ujar pembina yayasan lembaga pendidikan Al Hikmah tersebut.Menurut Roem, kesadaran introspeksi itu sekarang sudah menjadi kebutuhan wajib dan mendesak, seiring impitan persaingan hidup yang kian ketat.
“Tak ada harimau memangsa harimau. Tetapi, Hariyadi memangsa Hariyono itu ada,” ungkapnya lantas tersenyum.Sikap persaingan yang tidak sehat dengan saling menjatuhkan tersebut tak akan terjadi bila sikap introspeksi kuat tertanam.
“Dengan bertambahnya pengalaman hidup, kian banyak seseorang belajar untuk introspeksi diri walaupun usia tidak menjadi ukuran pendewasaan seseorang,” ujarnya. 1 Ferry Willi Riawan Said: @3:14 pmMenurut saya bahwa di dunia ini jangan sampai tergiur dengan adanya kekayaan dan jabatan atau kekuasaan yang tinggi tidak selamanya kita bisa hidup di dunia ini. Sebaliknya kita harus intropeksi diri terhadap kewajiban kita di dunia harus belajar dari kesalhan yang pernah kita lakukan.bahwa kita tidak selamanya di dunia ini pasti kita akan diambil allah S.W.T.
Entah kpan nyawa kita diambil hanya allah yang maha tahu.kita di dunia ini hanya menjalankan perintah allah dan menjauhi semua larangan-larangan yang berbuat kejelekan ataupun berbuah kejahatan. 52 Said: @2:09 amMy wife and i have been ecstatic when Michael managed to do his researching from your ideas he discovered through your weblog. It’s not at all simplistic to simply choose to be offering information and facts that many others have been making money from. And now we do understand we have you to give thanks to for that. The most important illustrations you’ve made, the straightforward web site menu, the relationships you will aid to promote - it’s got mostly unbelievable, and it’s really letting our son and our family recognize that that article is enjoyable, which is truly indispensable.
Many thanks for the whole thing!.